Jumat, 02 September 2011

Pura Luhur Pucak Bukit Sangkur, Baturiti, Tabanan, "Genah Metapa, Mohon Jabatan"

Pura Luhur Pucak Bukit Sangkur merupakan kawasan tapa wana, dilestarikan sehingga tidak ada bangunan lain di lokasi ini kecuali terkait dengan pemujaan. Lokasi pura ini dulunya dikenal dengan tempat pertapaan Resi Segening. Seringkali orang datang memohon jabatan ataupun taksu sebagai pemimpin.

Reporter & Foto : Ida Ayu Made Sadnyari

Seorang spiritual yang betul-betul mendambakan suasana sunyi dan damai, Pura Luhur Pucak Bukit Sangkur bisa menjadi salah satu tempat pilihan untuk melaksanakan tapa yoga semedhi.
Keunikan dari pura ini adalah keberadaan Juuk Linglang (sejenis jeruk). Jeruk ini konon sudah tumbuh ratusan tahun dan diyakini memiliki khasiat tertentu yang ajaib, jarang sekali orang yang bisa mendapatkan buahnya.


Jika memerlukan bantuan Jro Mangku, bisa dihubungi, rumahnya tidak jauh dari kawasan pura. Sudah ada petunjuk jalannya atau bisa tanya langsung ke penduduk setempat. Bagi umat yang belum pernah nangkil  ke pura ini, perlu berhati-hati dengan barang bawaan. Tetap awasi dan jangan ditinggalkan begitu saja karena di hutan ini masih banyak kera yang sering iseng mengambil barang bawaan pengunjung. Jika tidak hendak makemit, sebaiknya datang pada pagi hari sebab dikhawatirkan akan turun kabut yang menggangu.
Bukit Pucak Sangkur sangat tepat dibangun Pura Resi sebagai pertapaan orang suci sebagai bhagawanta-nya negara. Karena dalam areal yang hening ini para Brahmana dengan sisya kerohaniannya dapat melakukan tapa brata-nya. Melakukan tapa brata merupakan swadharma utama dari para resi. Dengan tapa brata itulah seorang resi akan mendapatkan inspirasi suci menyangkut kehidupan umat manusia di bumi ini.
 Lewat keheningan dalam tapa brata di areal Tapa Wana itulah berbagai tuntunan hidup kepada para Ksatria, Waisya maupun Sudra. Agar inspirasi suci terus dapat mengalir melahirkan berbagai kebijakan untuk mengatur kehidupan di dunia ini, hendaknya hutan yang tergolong Tapa Wana ini jangan sampai dialihfungsikan untuk kepentingan lain. Karena lewat suasana hening di Tapa Wana akan dilahirkan pemikiran-pemikiran yang arif bijaksana untuk menuntun kehidupan bersama di bumi ini.


Moksahnya Ida Rsi Sagening

Pura Pucak Bukit Sangkur ini ada kaitannya dengan berbagai Pura Kahyangan Jagat di Bali. Dalam Lontar Tantu Pagelaran diceritakan secara mitologis  Gunung Maha Meru di India, puncaknya menjulang sangat tinggi hampir menyentuh langit. Kalau langit sampai tersentuh oleh puncak Gunung Maha Meru itu maka alam ini pun akan hancur lebur. Saat itu Jawa dan Bali dalam keadaan guncang atau disebut enggang enggung.
Hyang Pasupati memotong puncak Maha Meru tersebut terus dibawa ke Jawa. Pecahan puncak tersebut ditaburkan dari Jawa Barat sampai Jawa Timur. Pecahan Maha Meru itulah yang menjadi gunung-gunung yang berderet dari Jawa Barat sampai Jawa Timur. Di Jawa Timur puncak Maha Meru itulah menjadi Gunung Semeru. Setelah itu Pulau Jawa menjadi tenang. Tetapi Bali masih enggang-enggung atau guncang. Karena itu, Hyang Pasupati terbang ke Bali membawa puncak Gunung Maha Meru tersebut.
Puncaknya sekali menjadi Gunung Agung, bagian tengahnya menjadi Gunung Batur dan dasarnya menjadi Gunung Rinjani di Lombok. Serpihan-serpihannya menjadi gunung-gunung kecil dan bukit-bukit yang mengelilingi Pulau Bali. Setelah itu Bali menjadi tenang. Gunung-gunung kecil itu antara lain menjadi puncak Mangu, Teratai Bang, Gunung Tampud, Lempuhyang, termasuk Bukit Pucak Sangkur tempat didirikannya Pura Pucak Resi itu.
Dalam Lontar Purana Pura Pucak Resi diceritakan di zaman dahulu ada seorang suci bernama Ida Sang Resi Madura berasal dari Gunung Raung, Jawa Timur. Beliau Sang Resi juga disebut sebagai Acarya Kering. Ida Sang Resi Madura ini sering mengadakan perjalanan bolak-balik Jawa-Bali. Suatu hari dalam Yoga Semadinya Sang Resi mendapatkan suara niskala yang menugaskan Sang Resi agar menuju Danau Beratan. Sang Resi pun mengikuti suara gaib tersebut. Sang Resi diiringi oleh pembantunya bernama I Patiga. Sampai di Bali, Sang Resi menuju puncak bukit.
Di puncak bukit itulah Ida Sang Resi Madura membangun pura dengan nama Parhyangan Pucak Resi sebagai pemujaan Batara Hyang Siwa Pasupati. Setelah itu Sang Resi Madura ini mengadakan perjalanan menuju ke puncak Teratai Bang, Bukit Watusesa sampai ke Bukit Asah.
Diceritakan I Ratu Ayu Mas Maketel di Nusa Penida saat mengadakan upacara Ngeraja Sewala mendatangkan seorang pandita dari Maja Langu untuk memimpin upacara tersebut. Pandita ini bernama Ida Resi Sagening ke daratan Bali dan bermukim di Munduk Guling Klungkung. Di tempat ini beliau banyak punya pengikut. Sang Resi kena fitnah dan dikatakan akan merebut kekuasaan raja di Linggarsapura. Sang Resi pun mau dihukum mati.
Untuk menghindari hukuman itu, Ida Resi Sagening pindah ke Bukit Asah diiringi oleh sisya-sisya (murid-murid-red)-nya. Di Bukit Asah inilah beliau membangun pasraman. Atas petunjuk niskala yang diterima oleh Ida Ratu Ngurah Wayan Sakti agar Pura Puncak Asah di-pralina. Karena demikian halnya Ida Resi Sagening mohon dibuatkan Siwapakarana dan disimpan di Pasraman Taman Sari. Di pura inilah juga Ida Resi Sagening mencapai moksha.
Upacara Pujawali di Pura Luhur Pucak Sangkur ini pada hari Budha Kliwon Sinta yaitu Rerainan Pagerwesi. Pada hari raya ini dipuja Batara Siwa sebagai Sang Hyang Paramesti Guru yaitu memuja Tuhan sebagai Maha Guru alam semesta. Jadinya sesuai dengan yang di Pura Pucak Sangkur yaitu Tuhan sebagai Hyang Siwa Pasupati.
Di sini ada bentang persekutuan gugusan kelompok Gunung Sanghyang-Gunung Lesong-Gunung Pucuk serta gugusan kelompok Gunung Adeng-Gunung Pohen - Gunung Tapak yang berada di sisi selatan Danau Tamblingan dan Danau Buyan. Lalu ada lagi persekutuan gugusan kelompok Gunung (Pucak) Bon-Gunung (Pucak) Mangu/Pangelengan - Gunung (Pucak) Sangkur berada di sebelah barat Danau Buyan.
Pucak Mangu sendiri memiliki pasanakan (berkerabat) dengan Pucak Sangkur dan Terate Bang. Uniknya, masing-masing gugusan kelompok gunung itu memiliki satu palinggih pangayatan (semacam perwakilan) di Pura Pucak Mangu di ujung ketinggian puncak Gunung Mangu.
Hal yang unik dan menarik dari kawasan ini adalah keberadaan juuk linglang (sejenis jeruk) yang terletak di utama mandala. Jeruk yang konon keberadaannya telah ratusan tahun ini memiliki cerita tersendiri. Untuk saat ini juuk linglang hanya menjadi legenda yang sering diceritakan dalam drama gong. Namun, legenda itu dianggap nyata oleh masyarakat setempat.
Sebelum dilakukan rehab pura sekitar tahun 2004-2005 lalu, jeruk dengan ukuran batang besar ini berada peResis di tebing pada bagian samping lokasi pura yang saat itu masih sempit. Namun, ketika dilakukan penimbunan timbul pawisik agar jeruk ini tidak dimatikan. Akhirnya dibuatkan lubang yang bertrali agar jeruk ini dapat terus tumbuh. Uniknya batang kecil yang muncul sering hilang dan timbul kembali pada waktu tertentu.
Masyarakat sangat meyakini juuk linglang memiliki khasiat tertentu yang sifatnya ajaib. Dari buah, daun hingga kulit batang diyakini ampuh menyembuhkan berbagai penyakit, baik medis maupun nonmedis. Penanganan penyakit nonmedis paling banyak. Namun buah dari jeruk ini sukar untuk didapatkan dan konon tidak semua orang bisa mendapatkan sebagaimana halnya memetik buah jeruk biasa. Diyakini orang yang bisa memiliki buah jeruk ini merupakan orang pilihan.
Para pemedek biasanya merasa sangat beruntung ketika melihat batang kecil dengan beberapa helai daun menyembul ke permukaan. Sebab, tidak semua pemedek beruntung melihat keberadaannya yang sering hilang tersebut. Masyarakat setempat yang sering mengamati keberadaannya pada mulanya merasa heran ketika jeruk itu hilang.
Saat tertentu jeruk ini menghilang dan dalam waktu yang sulit diketahui muncul kembali dengan posisi dan kondisi yang sama ketika menghilang.






 Jro Mangku Istri Pura Pucak Bukit Sangkur 


Pangider Penataran Beratan
Penataan bangunan pura sudah terlihat bagus. Dari wantilan, berjalan menaiki tangga yang cukup panjang barulah memasuki jaba tengah pura. Dari sini terlihat pohon besar dalam (di jeroan) pura, tak lain adalah pohon bunut dengan bentuk unik, seolah-olah menyerupai goa pada bagian batangnya.
Sesekali terlihat sekelompok kecil kera bergelantungan di diantara ranting pohon yang kokoh. Di bawah pohon ini terdapat pelinggih merupakan pelinggih pertama yang ditemukan di pura ini. Sementara pada palinggih utama di areal pura ini terdapat patung Siwa Pasupati dengan menggunakan busana kuning.
Pembangunan dan rehab telah dilakukan beberapa kali oleh pengempon pura yakni Desa Pakraman Kembang Merta dan Antapan. Di bagian lain juga terdapat pelinggih pengabeh yakni Pelinggih Ratu Bagus Sakti dan Dalem Penerangan. Selain bangunan palinggih, juga terdapat bangunan lain yakni berupa bale gong. Termasuk sarana MCK yang sangat diperlukan juga sudah tersedia.
Pura ini termasuk ke dalam 10 pengider bagi Pura Penataran Beratan yang terletak di tepi Danau Beratan. Sembilan pura lainnya yang masih ada hubungan adalah Pura Pucak Mangu, Pura Manik Umawang (Ulun Danu), Pura Rejeng Besi, Pura Pucak Candi Mas, Pura Teratai Bang, Pura Batu Meringgit, Pura Pucak Pungangan, Pura Pucak Sari dan Pura Kayu Sugih.
Bagi umat yang telah pernah nangkil akan tetap merasakan heningnya suasana pura sehingga tergugah untuk datang kembali. Sangat cocok sebagai tempat mencari ketangan dalam proses pendalaman spiritual. Tidak hanya masyarakat umum yang nangkil ke seni. Seringkali lembaga-lembaga atau sekolah-sekolah memilih mendaki ke Pura Pucak Bukit Sangkur untuk mendapatkan manfaat pencerahan pikiran. Apalagi sehari-hari tinggal di kota yang sangat padat dan bising. Sekali memasuki pura ini akan mendapatkan suasana jauh berbeda dan selalu tertanam dalam ingatan. Jangan lupa memohon air suci yang ada di pura ini untuk pembersihan diri. 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More