Senin, 18 April 2011

Puri Agung Karangasem sebagai Pusat Budaya Kerajaan Karangasem

Puri Agung Karangasem yang juga disebut Puri Kanginan  sudah sejak lama dijadikan sebagai daya tarik wisata budaya, banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung ke tempat itu, karena terdapat beberapa produk budaya peninggalan para Raja Karangasem. Hanya saja, masih diperlukan rancangan pembenahan dan penambahan benda-benda koleksi peninggalan para raja budaya agar lebih menarik. Apa saja yang menjadi daya tarik Puri Agung Karangasem, sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk dikunjungi?

Penulis :  Komang Pasek Antara


Memasuki gerbang di jaba pisan (halaman pertama/depan)  Kori Agung Puri Agung Karangasem, aroma suasana magis-religius masih terasa tampak. Tembok-tembok tebal tinggi masih terlihat kokoh dan utuh,  tanaman dan pohon-pohon besar seperti pohon tua leci memberikan nuansa sejuk nan nyaman.
Puri Agung Karangasem yang terletak di Jalan Sultan Agung Amlapura, dari aspek sejarahnya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Karangasem sejak abad ke-19 di bawah pemerintahan Raja I Anak Agung Gede Jelantik. Tercatat, raja terakhir pemegang tahta kerajaan Karangasem adalah Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem.
Kerajaan Karangasem pernah memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Pulau Lombok, sehingga banyak masyarakat Karangasem sampai kini masih bermukim di Lombok.
Demikian halnya dengan bangunan–bangunan tempat peristirahatan Raja Karangasem di Lombok yang kini telah dijadikan obyek wisata terkenal. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila di Puri Agung Karangasem banyak memiliki catatan–catatan sejarah budaya emas yang sampai kini dapat dinikmati, meskipun tidak secara utuh, yakni berupa bangunan, peralatan rumah tangga, dan dokumen sejarah.
Kini, di Puri Agung Karangasem oleh para pewarisnya sejak beberapa tahun lalu tempat tersebut telah dicanangkan sebagai museum hidup (life museum) yang berisi segala aktivitas kehidupan keluarga puri. Dijadikannya Puri Agung Karangasem sebagai life museum, kiranya dapat dibangkitkan lagi sejalan dengan program pemerintah tahun 2010 di bidang museum melalui Visit  Museum Year  (Tahun Kunjungan Museum).

Bali, Eropa dan Cina

Di Puri Agung Karangasem sendiri beberapa bangunannya ada yang berarsitek kombinasi antara Bali dan Eropa yang masih terlihat utuh. Yang menarik nama–nama kota yang ada di Eropah, dijadikan nama beberapa tempat di Puri yakni: Maskerdam dan Londen (Amsterdam dan London).
Pemberian nama itu, oleh Sasepuh Puri Anak Agung Ketut Karang, diberikan oleh raja Belanda, Wilhelmina yang pernah berkunjung ke puri sebagai bukti pernah terjalin hubungan antara kedua raja.
Sebagai sebuah museum dan obyek wisata, keluarga puri perlahan-lahan menata puri Maskerdam baik dari segi kelestarian tamannya maupun pengumpulan kembali benda–benda peninggalan milik raja dulu. Sampai kini, benda tersebut telah tertata rapi di beberapa ruangan untuk dinikmati oleh para pengunjung, antara lain: ranjang tempat tidur, almari pakaian, satu set kursi tamu spon warna putih dengan meja beralaskan marmer pemberian dari Raja Wilhelmina, meja/cermin hias, foto-foto: keluarga raja puri, raja dari Jawa dan Belanda, lukisan, dan sejumlah benda sejarah lainnya.
Di dalam areal puri, terdapat beberapa bangunan dan pemandangan yang indah dan menyejukkan antara lain, Balai Kambang (Gili) berada di tengah-tengah kolam yang dihubungkan dengan jembatan dibuat oleh orang Cina dengan gaya arsitektur Cina. Dulu tempat itu berfungsi sebagai tempat rapat keluarga dan upacara adat. Di bagian timur terdapat Balai Ekalange, tempat tinggal penganten baru, dan masih banyak lagi bangunan lain tempat kegiatan para keluarga raja.

Puri Gede Karangasem

Selain Puri Agung Karangasem, di Puri Gede Karangasem masih dalam satu keluarga besar puri yang lokasinya bersebarangan (di depan/sebelah baratnya) Puri Agung, juga masih menyimpan banda-benda budaya pusaka.
Pengelingsir Puri Gede Karangasem, Anak Agung Bagus Ngurah Agung, S.H. MH. menjadikannya Puri Gede juga sebagai obyek wisata dan wadah aktivitas budaya masyarakat. Pihaknya membuka seluas-luasnya bagi masyarakat untuk menggunakan puri sebagai tempat aktivitas sosial budaya. Kini, masyarakat dapat menyaksikan langsung sejumlah aktivitas budaya di antaranya: Yoga Ananda Marga (Selasa, Kamis dan Minggu), seni tari, seni tabuh wanita,  fashion show, olah vocal. Di samping itu masyarakat juga dapat menyaksikan kegiatan budaya insidentil lainnya seperti: Ceramah agama/budaya, pameran keris dan permata, pengobatan gratis, pembagian kaca mata gratis dan lainnya.
Kini Puri Gede sudah menjadi obyek daya tarik wisatawan, banyak wisatawan domistik/asing memanfaatkan pasilitas Puri Gede untuk keperluan resepsi/upacara. Anak Agung Bagus Ngurah Agung, S.H. MH. sebagai pewaris tahta Puri Gede banyak menyimpan benda-benda adi luhung peninggalan warisan budaya dari penglingsir Puri Gede zaman kerajaan dulu, di antaranya koleksi yang paling menonjol adalah keris pusaka. Beberapa keris bertuah yang dikeramatkan disimpan di sana dan sewaktu-waktu dipamerkan kepada publik.
Bahkan, sebagai fungsi sosial, di Puri Gede Karangasem telah mendirikan Pasraman yang mana sampai saat ini telah membina sedikitnya 13 orang anak ramaja dari beberapa desa di Kabupaten Karangasem, sambil sekolah di SMA mereka diwajibkan belajar agama, spritual, dan budaya yang dibimbing seorang pembimbing spritual yang memang ahli di bidangnya.

Untuk informasi selengkapnya, silahkan memesan tabloid ini.  Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More